Sepucuk Rasa

Kekasih, dimana kah kau saat ini?
Kekasih, sedang apa kau saat ku merangkai kata ini?
Kekasih, apa kau baik-baik saja?

Atau kau sedang mempersiapkan asa yang ingin kau genggam?
Atau kau sedang terpaku dengan setumpuk kertas yang kadang kau sendiri juga tak tahu untuk apa?
Atau kau sedang terbaring di peraduanmu karena tubuh kuatmu sudah mulai kehilangan kekuatannya?

Tidak, kekasih. Aku tidak tahu pasti apa yang terjadi padamu disana. Aku berharap kau selalu dalam naunganNya.

Duhai kau yang selalu ku sayang, tahu kah kau bahwa tak jarang jiwa ini berteriak karena tamu yang tak pernah diundang bernama rindu datang terus menerus hingga ruang yang tersedia penuh sesak oleh kehadirannya.

Duhai kau yang selalu ku harap, tahu kah kau bahwa lebar senyumku seakan tak pernah cukup untuk menampakkan kegirangan hati tatkala kau hadir di sisiku.

Duhai kau yang selalu ku nanti, tak jarang tubuhmu di hadapku namun hanya hampa yang terasa.

Duhai kau yang selalu ku rindu, aku tahu daun yang gugur dengan indah, angin yang berhembus dengan sejuk, mentari yang bersinar hangat, hujan yang turun dengan cantik, dan bahkan pelangi yang dengan megahnya menghiasi langit tak mampu mengalihkan perhatianmu. Pandanganmu seakan terpana dan tak terelakkan. Dahimu tanpa kau sadari membentuk kerutan-kerutan halus pertanda kau sedang berpikir hebat. Namun lambat laun aku menikmati pemandangan yang tersaji di mataku. Inginku mengusap kerutan di dahimu seraya berkata, 'sayang, palingkan pandanganmu sejenak. Wanita di hadapanmu ini merindukan sosok hangatmu'

CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment

Back
to top